“waktu
itu tiba. Air mataku menetes memandangi fotomu. Otakku seakan kehabisan akal.
Aku tidak bisa bernafas. Kau pergi. Namun saat hujan itu kau kembali lagi.
Sekali lagi. Dan aku tak akan melepaskanmu. Dan akhirnya waktu menjadi
pengikutku seketika.”
***
Dadaku terasa sesak. Aku terus memandangi fotomu. Aku tak
percaya ini terjadi kau pergi meninggalkanku untuk selamanya dan tak kembali.
Aku merasa gila kehilanganmu. Seandainya aku ada disaat kejadian itu aku tidak
akan membiarkan kau yang pergi.
Aku terus-terusan berada dikamar masih dengan air mata
yang tak berhenti turun saat itu. seseorang memanggil namaku dan tarus mengetuk
pintu kamarku. Aku mencoba bangkit dari kursi dan membuka pintu kamar. Aku
mendapati seorang wanita dengan mata sayu memperhatikanku. aku mencoba tegar
dihadapannya, wanita itu memelukku. Aku tak bisa menghentikan air yang terus
mengalir dimataku. Aku menangis.
“sudahlah, ini sudah takdir. Kau jangan seperti ini. Tio
tidak akan senang jika melihatmu seperti ini. Biarkan dia istirahat sekarang.”
Kata wanita itu sambil memelukku.
Aku hanya mengangguk mengiyakan apa yang dia katakan.
Wanita itu benar, aku tidak mungkin terus-terusan terpuruk seperti ini. dia
pasti tidak akan senang mlihatku seperti ini. aku tersenyum saat wanita itu
melepaskan pelukkannya. Pelukkannya sedikit membuatku tenang. Terimakasih Ibu
ucapku dalam hati.
***
Hari ini aku pergi ke sekolah, walaupun aku merasa tidak
bersemangat dan masih dalam keadaan terpuruk karenanya. Aku mencoba untuk
kembali keaktifitas ku selama ini. mungkin hari-hari ku akan berbeda dari hari
kemarin. Aku merindukan senyumannya.
Matahari bersinar terik walaupun dipagi hari dan panasnya
sudah terasa dikulitku. Aku mengendarai sepeda kesayanganku. Aku terus
memikirkan kenangan bersama Tio. Pergi kesekolah bersama mengendarai sepeda dan
terkadang kami sering balapan sepeda. Tertawa bersama saat itu. senyum
diwajahnya membuatnya selalu teringat di pikiranu. Dan sekarang……. Bruuukkkk!!
Aku dikagetkan dengan suara tabrakkan. Apa aku menabrak
sesuatu pikirku. Dan aku benar, aku menabrak seseorang. Laki-laki. Aku turun
dari sepedaku melihat keadaan laki-laki itu.
“apa kau tidak apa-apa? Luka? Atau aku perlu membawamu
kerumah sakit?” kataku sedikit panic.
“hei, apa kau bisa mengendarai sepedamu itu? dasar!!”
kata laki-laki itu.
Seketika aku melihat wajah laki-laki itu. nafasku terasa
sesak. Apa aku sedang bermimpi pikirku. Tanpa sadar aku memegang pipi laki-laki
itu. air mataku turun tanpa sebab.
“Tio..” kataku saat itu.
“hei, apa yang kau lakukan.” Kata laki-laki itu langsung
melepaskan tanganku dari wajahnya.
“kau Tio bukan, ini aku. ini aku Putri. Apa aku disurga?”
kataku.
“Tio? Aku bukan Tio. Dan aku tidak tau kau siapa.” Kata
laki-laki itu seraya bangkit.
Laki-laki itu memandangiku. Aku hanya bisa diam, air
mataku terus jatuh. Ini bukan mimpi kan pikirku. Dan tiba-tiba hujan turun.
Laki-laki itu menarik tanganku dan membawaku ketempat teduh. Aku tidak bisa
berpikir saat itu, badanku terasa lemah. Aku kembali memandangi laki-laki itu.
wajah itu, senyum itu, tatapan itu. Tio apakah ini kau pikirku dalam hati.
Laki-laki itu menatapku bingung.
“hei, berhenti melihatku seperti itu. aku bukan Tio yang
kau maksud itu.” kata laki-laki itu menjeaskan.
“la-lalu siapa kau?” kataku.
“aku Ridho. Apa kau kedinginan? Tunggu sebentar.” Kata
laki-laki itu sambil melepaskan jaketnya dan memberikannya padaku.
“terimakasih. Maafkan aku tadi sudah bertindak seperti
itu. aku pikir kau… dia…” kataku seketika memalingkan wajah.
“hmm, aku tidak mengerti apa yang kau maksud. Tapi
yasudahlah. Aku mau pergi dulu, aku sudah terlambat. Daahhh..” kata laki-laki
itu sambil tersenyum kearahku.
Aku hanya melambaikan tangan sambil melihat kepergian
laki-laki itu. aku merasakan hal ini belum berakhir. Aku berjanji pada diriku
sendiri untuk bisa bertemu lakilaki itu lagi. Ya bertemu dengannya lagi.
***
Malam itu aku memandangi jaket laki-laki itu. ridho.
Apakah didunia ini ada hal yang seperti ini. seseorang bisa sangat mirip satu
sama lain. Aku terus bertanya-tanya tentang itu. namun aku dikagetkan dengan
suara ketukan dari pintu kamarku. Ibu ku masuk membawakan sesuatu. Ibu duduk
disebelahku dan mengusap kepalaku.
“hei, apa kau sedang sibuk sayang?” kata Ibu sambil
tersenyum.
“tidak bu, ada apa? Dan apa itu?” kataku sambil menunjuk
sesuatu yang dibawa ibuku.
“ini kotak music. Sebelum kecelakaan itu Tio memberikan
ini pada Ibu. Dia berkata ini adalah hadiah untukmu. Maafkan Ibu baru
memberikanmu hadiah ini sekarang.” Kata Ibuku sambil menyerahkan kotak music itu.
Aku menerimanya, aku ingat ini adalah kotak music yang
aku inginkan sewaktu pergi bersama Tio sehari sebelum kecelakaan itu. dan aku
tidak menyangka dia membelikan kotak music ini sebagai hadiah untukku.
Ibuku keluar dari kamar. Aku memandangi kotak music itu.
air mataku menetes seketika. Aku masih sangat merindukannya. Seseorang yang
sudah lama dihatiku dan kini dia pergi. Aku membuka kotak music itu dan mendapati
sebuah surat kecil. Surat yang membuat tangisku meledak seketika. Dia menyatakan
cintanya.
Hai,
Putri. Si apel bulet...
Duh
aku sedikit gugup saat menulis surat ini kau tau. Jantungku seakan meledak saat ini. hmm, apel
aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Sesuatu yang sudah lama ingin aku
ungkapkan. Dan mungkin aku sedikit pengecut hanya bisa menyatakan ini lewat
surat. Maafkan aku. sebenarnya aku ingin mengatakan ini tepat dihadapanmu,
namun aku belum bisa mengatur detak jantungku. Hahahaa maafkan aku. aku
mencintaimu. Sangat mencintaimu sejak dari kita pertama bertemu sampai saat
ini. terimakasih ka uterus berada disampingku sampai saat ini. dan bisakah kau
berada disampingku selamanya? Aku sangat mencintaimu..
Aku juga mencintaimu Tio, selalu mencintaimu. Sama halnya
dengan dirimu. Kenapa kau pergi setelah menyatakan ini semua. Kenapa? Ucapku dalam
hati. Aku tak bisa mengatakan apapun. Hal ini terlalu menyakitkan. Dan aku
hanya melampiaskannya dengan tangisan yang kian meledak.
***
Siang itu aku pergi ke taman dekat rumahku. Taman yang
biasa aku datangi bersama Tio. Aku duduk dikursi kayu sambil memandangi
sekitarku. Aku merasa kesepian saat itu. aku rindu kenangan bersama Tio. Namun tiba-tiba
aku dikejutkan dengan tepukan di pundakku. Aku melihat kesamping dan mendapati
seorang laki-laki dihadapanku tersenyum.
“Tio.” Kataku spontan.
“astaga, sudah berapa kali aku katakana bahwa aku bukan
Tio. Namaku Ridho.” Kata laki-laki itu sambil duduk disampingku.
“ma-maafkan aku.” kataku seketika memalingkan wajah
kedepan.
“sebenarnya siapa Tio itu?” kata Ridho dengan wajah
bingung.
“dia seseorang yang selalu ada untukku.” Kataku menerawang.
“lalu sekarang dia dimana?” kata Ridho.
“dia, dia di surga.” Ucapku sambil tersenyum kecil.
“maafkan aku, aku tidak tau.” Kata Ridho merasa tidak
enak.
Aku hanya tersenyum kecil saat itu. ya itu benar, Tio
sekarang ada disurga. Dia tidak disampingku lagi pikirku.
“hei, apa kau mau melihat-lihat taman ini bersamaku?”
kataRidho tiba-tiba.
Aku melihat kearahnya sedikit bingung. Kemudian dia
tersenyum padaku. Dan aku hanya mengangguk mengiyakan ajakannya.
***
Aku dan Ridho pergi berkeliling taman, awalnya sedikit
canggung. Namun Ridho dapat membuat suasana menjadi menyenangkan. Dia menceritakan
banyak lelucon yang membuatku tertawa. Membuatku lupa akan kesedihanku. Terimakasih
pikirku. Saat berjalan-jalan ada seseorang yang menabrakku dan aku hampir jatuh
karenanya. Saat itu Ridho menggenggam tanganku. Melihatnya bertindak seperti
ini membuat perasaanku tak karuan. Kenapa ini? jantungku seakan berdetak hebat
saat itu.
“t-terimakasih.” Kataku sedikit canggung.
“makanya hati-hati. Kalau jatuh bagaimana?untung saja
sang penyelamat ada disampingmu hahaha” kata Ridho sambil tertawa.
“hahaha kau mulai narsis.” Kataku sambil tertawa.
Kami pun melanjutkan berkeliling taman. Jam menunjukkan
pukul 5 sore, Ridho mengantarku pulang. Aku menyuruhnya mampir namun dia tidak
mau. Dia buru-buru pulang karena suatu hal. Aku sangat senang hari itu bersama
Ridho.
***
Hari-hari berikutnya aku sering pergi bersama Ridho. Kami
sering menghabiskan waktu bersama. Hari-hariku terasa menyenangkan, tidak ada
sedih dan terpuruk lagi. Kehadirannya mampu membuat hidupku bahagia. Aku sangat
senang, sangat senang. Terimakasih..
***
Malam itu sepulang dari toko buku Ridho mengantarku
pulang. Diperjalanan dia menggenggam tanganku, aku merasa hangat saat itu.
namun tiba-tiba kami melewati jalan dimana kecelakaan Tio terjadi. Aku melihat
jalan itu. membuatku sedikit takut, aku tidak ingin hal itu terjadi lagi. Aku melihat
kearah Ridho. Dia juga menatapku, senyum manisnya terus mengukir dibibirnya.
“Put, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.” Kata Ridho
kemudian menggenggam kedua tanganku.
“apa?” kataku sambil melihatnya.
“aku mencintaimu, aku ingin kita lebih dari seorang
teman. Apakah kau punya rasa yang sama denganku?” kata Ridho saat itu.
“s-sebenarnya aku juga mencintaimu. Kau membuat dunia ku
kembali berwarna saat aku terpuruk. Aku sangat berterima kasih padamu. Dan aku
mohon jangan pergi dariku.” Kataku sambil tersenyum kearah Ridho.
“aku selalu ada didekatmu. Tenanglah..” kata Ridho sambil
memelukku. Mataku sedikit berkaca-kaca saat itu.
Ridho melepaskan pelukkannya, dan berkata “tunggu
sebentar, aku ingin pergi membelikanmu sesuatu. Tunggu disini.” Dan dia
berjalan kesebarang jalan. Aku mengingat kejadian dimana kecelakaan itu
terjadi. Saat itu Tio ingin menyeberang di jalan ini, dan ada sebuah mobil yang
menabraknya. Otakku semakin kalut saat itu. aku mencoba mencegah Ridho namun
dia tetap berjalan menuju keseberang jalan. Firasat ku buruk saat itu. saat
Ridho menyebrang aku melihat sebuah mobil melaju menuju dirinya. Aku berlari kearah
Ridho dan mendorongnya. Dan akhirnya BRUUUUUUUUUKKKK!!!
Tatapanku kabur, aku tak bisa mendengar apapun. Ridho
seperti berteriak kearahku. Aku hanya tersenyum kearahnya. Aku melakukan hal
yang benar bukan…..