Sabtu, 10 Oktober 2015

Bait: Akhir berawal

"Alta! lo kenapa beberapa hari ini menghindar dari gue?" Kata Lae.
"Gue bosen sama lo. Gue mau kita putus!" Kata Alta sambil melepaskan tangannya dari genggaman Lae.
"Lo becanda kan Al?" kata Lae meraih tangan Alta.
"Gue gak bercanda Lae. Lo denger gak sih gue mau putus. Dari awal juga gue pacaran sama lo bukan buat serius. Udahlah." Kata Alta akhirnya.
"Semudah itu lo bilang kata putus? lo gak mikirin perasaan gue?" Kata Lae, matanya mulai panas dan ia mencoba menahan air mata yang hampir keluar.
"Lae, dengerin gue. Lo cantik, banyak yang suka sama lo. Dan putus dari gue itu hal yang biasa kan." Kata Alta menaruh tangannya di bahu Lae.
"Biasa aja? mikir Al, perasaan bukan buat dimainin. Kalo dari awal lo cuma mau mainin gue ngapain lo ngelakuin hal sejauh ini sampai kita pacaran?" Kata Lae.
"Udahlah, lo gak usah nangis. sekarang lo mau apa? nampar gue? silahkan." Kata Alta dengan gaya santai.
"Gue bener-bener benci sama lo!!!" Kata Lae pergi meninggalkan Alta.

Seketika itu Lae masih mengingat kejadian itu. Menyakitkan memang. Itu awal dari semua imi. Menangisi dan terus menangis. Lae ingat betul saat itu dia seorang anak sekolahan dengan seragam pergi ke bar. Dengan mata nanar yang mengeluarkan tangis disetiap tegukan minuman alkohol yang dia minum. Sampai tengah malam dia tak kunjung pulang kerumah. Benar, Lae sangat frustasi saat itu. Memang bodoh jika mengingat ia fristasi hanya karena putus cinta. Namun tidak untuk Lae. Alta adalah segalanya yang mengubah harinya menjadi senyuman yang sebelumnya selalu ada tangis di wajahnya. Alta yang merubah hari buruknya menjadi indah. Alta segalanya saat itu. Namun tak selamanya.
Lae ingat betul dia pulang dibawa oleh Asta. Saat sampai dirumah tubuhnya penuh dengan luka bekas cambukkan oleh ayahnya.  Lae sangat menderita saat itu. Sampai ia memutuskan untuk pergi dari rumah itu dan menjalani hidupnya sendiri.

Selasa, 26 Mei 2015

Bait: Ungkapan

"Lo mau bawa gue kemana sih? Kenapa harus tutup mata segala?" Kata Lae.
"Berisik deh, ikutin aja." Kata Sunny sambil menuntun Lae.
"Dan sekarang lo buka mata." Kata Sunny.
Mereka berdua di atas bukit drngan pemandangan yang sangat indah. Lae membuka matanya dan terdiam terpesona dengan apa yang dilihatnya sekarang. Senyum mengembang di bibirnya. Disisi lain Sunny terus memperhatikan Lae dan dia ikut tersenyum ketika melihat Lae tersenyum.
"Sun, gila ini keren banget. Gue baru pertama kali lihat matahari terbit dan gue gak nyangka seindah ini." Kata Lae tersenyum lebar kearah Sunny.
"Gue seneng lo sebahagia ini." Kata Sunny.
Mereka menikmati suasana saat itu sambil disuguhkan oleh pemandangan indah.
"Lae, lo pernah sebahagia ini sama Alta?" Kata Sunny membuka suara.
Lae melirik ke arah Sunny.
"Pernah sekali, dan saat itu gue bahagia. Tapi kebahagiaan gue cuma sebentar." Kata Lae menatap kosong.
"Lo masih sayang sama dia?" Kata Sunny.
"Udah ah, yuk pergi." Kata Lae berbalik badan.
"Lae.. gue pengen lo disisi gue sejarang. Gue gak peduli lo masih mikirin Alta saat lo melihat gue. Gue cuma pengen lo disisi gue. Gue bakalan ada buat lo bersandar." Kata Sunny sambil menarik tangan Lae.
"Gue gak tau harus gimana saat lo bilang gitu.." Kata Lae menatap Sunny.
"Gue tau ini pasti sulit, tapi gue bakalan berusaha gantiin Alta dihati lo. Gue janji gak akan bikin wanita gue terluka." Kata Sunny.
Lae menunduk, dia tau sekarang air matanya menetes dengan sendirinya. Dia tak pernah senyaman ini sebelumnya. Namun hatinya masih tidak bisa melupakan orang itu. Alta.
Melihat Lae, Sunny langsung memeluk Lae. Dia tau saat ini Lae masih terluka dalam masa lalunya. Namun Sunny tidak tahan lagi ketika melihat wanitanya terluka. Dia seakan rela melukai dirinya sendiri demi membuat wanita dipelukannya ini tersenyum. Walau dipikiran Lae masih ada Alta. Namun Sunny tetap bertahan disamping Lae.
"Aku tau ini sulit, namun jika kau tak keberatan aku disisimu, perlahan aku akan menggantikan posisi dia dihatimu." Batin Sunny.

Senin, 25 Mei 2015

Bait; Kencan pertama

Lae duduk di sopa menunggu Sunny yang akan menjemputnya jam 4 pagi. Sedikit terdengar gila laki-laki itu mengajaknya pergi pagi-pagi buta begini. Namun entah kenapa Lae menurutinya. Lae mengutak-atik ponselnya. Seseorang dari dapur menghampiri Lae.
"Woi." Kata Asta sambil duduk didepan Lae.
"Kampret, lo ngagetin gue." Kata Lae memegangi dadanya.
"Lo ngapain pagi-pagi gini udah rapi?" Kata Asta.
"Gue nungguin Sunny, tu anak mau ngajakin gue kemana gitu." Kata Lae.
"Sunny? Ngajakin lo jalan jam segini? Tu anak gak waras ya. Pagi-pagi buta begini kencan." Kata Asta sambil menyerngitkan keningnya.
"Kencan kepala lo." Kata Lae sambil memukul kepala Asta.
"Anjrit!! Apaan lagi kalo bukan kencan. Lo pergi beduaan gini." Kata Asta.
"Ah sana lo tidur. Berisik!" Kata Lae akhirnya.
Asta hanya menggelengkan kepalanya bingung. Diapun masuk ke kamar.
Lae melirik jam ditangannya. Sudah jam 4 dan Sunny belum datang juga. Namun tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari luar. Lae langsung beranjak dan membuka pintu. Seorang laki-laki berdiri tepat dihadapannya.
"Sorry gue lama." Kata Sunny sambil tersenyum.
"Lo yang ngajakin eh lo yang telat." Kata Lae.
"Sorry sorry, yuk berangkat." Kata Sunny sambil menggandeng tangan Lae.
Lae hanya menuruti Sunny dan masuk ke mobil. Mereka pun berangkat ke tempat yang ingin ditunjukkan Sunny pada Lae.

Minggu, 24 Mei 2015

Bait; Rencana

Lae menuju teras menemui Sunny, Kaia, dan Asta yang sedari tadi asyik bercanda satu sama lain.
"Ngomongin apaan sih?" Kata Lae duduk disamping Sunny.
"Ini Lae si Sunny belom pernah pacaran." Kata Asta sambil tertawa
"Astaga Kai, lo bongkar aja semua." Kata Sunny.
"Seriusan lo Sun?" Kata Lae.
"Gue males pacaran." Kata Sunny.
"Kenapa?" Kata Lae semakin penasaran.
"Kepo deh lo, hahaha." Kata Sunny sambil tertawa.
"Ah dasar lo." Kata Lae sambil memukul Sunny.
"Eh, gue kedalem dulu ya liat Angel. Oia Sun, Angel gue aja yang nganter pulang." Kata Kaia sambil beranjak dari kursi.
"Yakin lo?" Kata Sunny.
Kaia mengangguk mengiyakan kemudia masuk ke dalam rumah.
"Bentar ya, gue kebelet." Kata Asta kemudian masuk menuju rumah.
"Dasar tu anak." Kata Lae sambil tertawa kecil.
"Lo besok kemana?" Kata Sunny membuka suara.
"Gak ada sih. Kerjaan dikantor juga udah beres. Kenapa?" Kata Lae.
"Gue mau ngajakin lo jalan-jalan." Kata Sunny akhirnya.
"Kemana?" Kata Lae.
"Ada deh, lo mau gak?"
"Hmm okedeh. Mumet juga gue dirumah." Jata Lae sambil tersenyum.
"Oke gue jemput pagi-pagi ya. Jam 4."
"Lo gila?" Kata Lae kaget.
"Udah, lo siap-siap aja. Gue yakin lo bakalan suka." Kata Sunny sambil tersenyum.
"Oke." Kata Lae akhirnya.


Jumat, 16 Januari 2015

Bait; Kembali wajah tenang

"Tu anak kemana sih? Udah malam juga kagak balik-balik. Telpon gak aktif lagi" kata Asta gelisah menunggu Lae.
"Udah ah, bentar lagi juga tu anak dateng." Kata Kaia sambil menggesap teh ditangannya.
Teett teett..
Lae keluar dari mobil sambil menggendong seorang anak kecil begitu juga dengan Sunny.
"Lo dari mana? Nah ini bocah nemu dimana?" Kata Asta.
"Angel?" Kata Kaia.
"Ah diem lo bedua. Ntar Angel bangun nih. Gue mau masuk dulu ke dalem, yuk." Kata Lae sambil menggandeng tangan Sunny. Sunny hanya menurut mengikuti Lae.
"Ha? Tu orang berdua udah kayak suami istri aja." Kata Asta akhirnya tenang karena Lae sudah pulang.
"Hahahahha eh lo liat wajah Lae gal?" Kata Kaia
"Maksud lo?" 
"Anteng banget tau gak. Gak ada susah diwajahnya." Kata Kaia sambil tersenyum.
"Heh lo bener. Udah lama gue gak liat wajah tu anak adem gitu. Thank Kai" kata Asta sambil tersenyum.
"Apaan?" 
"Ya karena lo tu anak berdua..."
"Apanya yang anak berdua?" Kata Sunny memotong pembicaraan.
"Eh lo. Gimana Lae?" Kata Asta.
"Dia lagi di kamar bareng Angel. Tu anak udah akrab aja sama Angel."
"Angel itu ponakan Sunny. Ribet buat deketin tu anak. Nah gue salut banget sama Lae bisa sedekat itu" kata Kaia menambahkan.
"Gue juga heran." Kata Sunny.
"Hahaha Lae itu emang mudah deket sama anak kecil. Tapi gue makasih banget sama lo. Lo sering-sering aja deh bawa tu anak jalan" kata asta.
"What?!"

Rabu, 14 Januari 2015

Bait; Aku disisimu

Lae duduk di taman tak jauh dari rumah. Tempat ini selalu menjadi penenang untuk Lae disaat seperti ini. Di tengah lamunannya seorang anak perempuan berdiri didepannya. Lae memandangi anak itu. Entah kenapa saat itu anak itu memberikan lolipop yang dia pegang pada Lae.
Lae mengambil lolipop itu sambil tersenyum. Dari kejauhan terdengar suara yang tak asing lagi untuk Lae.
"Angel.." seorang laki-laki berlari menghampiri gadis kecil itu.
"Sunny? Lo ngapain disini?" Kata Lae setelah mengenali laki-laki itu.
"Lae? Gue lagi nemenin keponakan gue main disini. Lo ngapain disini?" Kata Sunny.
"Gue cuma duduk-duduk doang disini. Dirumah mumet." Kata Lae.
Mata Lae kemudian menuju pada gadis kecil dihadapannya.
"Hei, nama kamu siapa?" Kata Lae sambil tersenyum.
"Angel. Keponakan gue bisu Lae.." kata Sunny akhirnya.
"Gue gatau.." kata Lae.
"Angel main dulu yah, om mau ngomong sama tante Lae dulu." Kata Sunny.
Gadis itu memandangi Lae. Tatapannya lembut dan kemudian dia tersenyum kearah Lae. Angel pergi menuju ayunan tak jauh dari Lae dan Sunny.
"Lo kenapa lagi?" Kata Sunny.
"Gue gak kenapa-napa. Cuma mumet aja dirumah.." kata Lae.
"Oke, kalo lo butuh supir buat nganterin lo keluar rumah yang mumet itu hubungi gue" kata Sunny.
"Kampret. Hahaha, pasti." Kata Lae sambil tertawa. Mereka berdua tertawa.
"Kesana yuk." Kata Sunny sambil menunjuk kearah angel.
Lae menganggukkan kepalanya. Dan berjalan beriringan dengan Sunny.
"Terimakasih.." kata Lae sambil tersenyum kearah Sunny.
Sunny hanya tersenyum dan meraih tangan Lae. Lae hanya bisa diam dan tersenyum menanggapi sikap Sunny. Ini nyaman batinnya.

Bait; Pengecut rasa dan Pecandu masa lalu

Asta memandang kosong didepan layar laptop. Pikirannya masih bergentayangan tentang tangisan wanita itu. Asta kau begitu bodoh! Ucap batinnya. 
"Ta, lo kenapa?" Kata Kaia sambil menaruh segelas kopi di meja Asta.
"Lae, gue gatau harus gimana lagi. Gue gabisa balikin hidup indah dia. Semuanya karena gue." Kata Asta menatap nanar.
"Semua udah takdir. Lo juga gak bisa kek gini terus. Lo harus berusaha perbaki semuanya bukan terpuruk begini." Kata Kaia sambil trrsenyum.
"Gue harus gimana. Gue gak tau lagi.." kata Asta depresi.
"Lo minta bantu Sunny. Gue yakin tu anak pasti bisa vikin hidup Lae bahagia lagi." Kata Kaia akhirnya.
"Sunny?maksud lo?" Kata Asta memiringkan kepalanya.
"Hm menurut gue Lae butuh sosok yang bisa buat dia ngelupain kenangannya. Dan ngerubah presepsi dia tentang cinta. Kita harus buat dia jatuh cinta lagi Asta. Lo ngerti kan." 
"Jadi maksud lo kita ngejodohin Lae sama Sunny?" Kata Asta.
"Kita gak sepenuhnya ngejodohin. Tapi biarkan Lae yang mrrasa sendiri perasaan yang dia rasa." Kata Kaia.
"Lo kenapa ngusulin Sunny?" Kata Asta bingung.
"Karena sekarang saatnya buat sipengecut itu berani menghadapi perasaan dia ke Lae."
"Maksud lo Sunny suka sama Lae?"
"Iya. Sunny suka sama Lae. Lae adalah cinta pertamanya sampai sekarang. Tapi tu anak bego. Pengecut."
"Astaga. Ini kejutan yang gak pernah gue bayangin." Kata Asta.
Kaia dan Asta berpikir tentang rasa. Perasaan si pengecut rasa dan pecandu masa lalu. Mereka berdua kesakitan oleh rasa yang terus lukai mereka. Terkadang cinta tak manis seperti bayangan kebanyakan orang.

Selasa, 13 Januari 2015

Bait; Pemulai penyakit

Lae memandangi jendela dengan tatapan kosong. Tatapan nanar penuh luka. Pikirannya masih terhubung dengan perkataan Alta tadi. Pernyataan yang membuat nafasnya terengah hampir mati. Membuat otaknya menyalahkan hatinya, dan kembali membangkitkan luka yang sudah mengering.
Tak bisa di pungkiri, Lae memang mengharap Alta. Namun semua kenangan membuatnya mengurungkan niatnya. Ia ingin berada jauh dari sosok indah itu. Pergilah ucap Lae dalam hati.
Asta masuk ke kamar Lae. Dia mendapati adik perempuannya sedang menatap kosong keluar.
"Lae.." kata Asta sambil memegang pundak Lae.
"Gue gatau apa yang harus gue lakuin sekarang. Gue benci Alta, gue juga sekarang benci sama lo" kata Lae madih dengan tatapan kosong.
Mendengar pengakuan Lae, Asta langsung memeluk Lae.
"Iya gue ngerti. Gue emang pantes lo benci. Gue yang mulai semua ini. Gue yang udah bikin lo begini. Maafin gue Lae.." kata Asta.
Lae hanya diam. Otaknya kacau sekarang. Tangis dan tangis yang bisa dia ungkapkan dari dulu.