Jumat, 21 November 2014

Bait; Hiruk pikuk hujan

Langit berubah mendung siang ini. Lae memandangi jendela disamping meja kerjanya. Hujan turun sebentar lagi ucapnya dalam hati. Hari-hari ini langit selalu mendung mengingatkannya pada kenangan 6 tahun lalu. Sebuah bait puisi terselip di buku matematikanya. Bait puisi yang membuat Lae berpikir keras mencari tau artinya.
"Kau asing bagiku, namun aku begitu mengenalmu" kalimat yang menjadi teka-teki yang sampai saat ini belum ia pecahkan.
Lae merebahkan kepalanya ke meja kerjanya. Memejamkan matanya barang sebentar.
Deringan ponsel menghantuinya tiba-tiba. Lae menoleh kearah benda itu. Meliriknya dan melihat siapa, kemudian ia kembali merebahkan kepalanya.
"Lo gak jawab tu telpon? Berisik tau." Kata Sunny yang sedari tadi sibuk dengan laptopnya.
"Biarin aja. Mumet gue" Lae berdeham sedikit.
"Alta?" Sunny langsung menebak siapa yang menelpon Lae saat itu.
"That right! And i dont care" Lae bangkit dan mematikan ponselnya.
Sunny hanya memandangi rekan kerjanya itu menyeduh kopi kesukaannya.
Lae kembali menatap kearah jendela. Kali ini perkiraannya benar. Hujan turun dengan deras. Dia mengusap tubuhnya.udara sangat menusuk kulit hingga tulang.
"Tuh jaket gue. Pake aja kalo lu kedinginan" kata Sunny seketika.
Lae hanya menoleh kearah Sunny sebentat. Dia masih ingin menikmati udara sedingin ini. 
"Hai sayang" suara serak itu terdengar dari balik pintu.
Lae menoleh dan perkiraannya benar Alta datang. Senyum terukir diwajah Alta namun tidak dengan Lae. Pandangannya tetap saja datar sejak perpisahan dulu dimasa ia sedang frustasi.
"Lo ngapain kesini?" Kata Lae sambil kembali ke meja kerjanya.
"Haha lo gak seneng gue kesini. Gue kangen sama lo." Alta langsung duduk dihadapan Lae.
Lae benci kedekatan ini. Alta adalah orang yang paling ingin dihindarinya. Namun ia tetap saja mengusik hidupnya. Lae hanya merasa ia sudah lelah berada dalam sendu.
"Lo pulang deh. Gue lagi sibuk sama kerjaan gue" kata Lea tanpa menoleh sedikitpun kearah Alta.
"Oh dear. Sampai kapan sih lu bakalan ngindarin gue gini?" Alta hanya menghela nafasnya.
Lae hanya menatap datar kearah Alta. Matanya seakan tak bisa diartikan apa yang ia pikirkan.
Melihat Lae yang dingin Alta tersenyum seakan tau Lea mengusirnya secara tak langsung.
"Oke gue pergi. Gue bakalan jemput lo besok, nyokap ngajakin lu makan malem." Alta bangkit dari kursi dan pergi meninggalkan Lae tanpa mendengar kalimat yang keluar dari mulut Lae.
Sunny menatap kearah Lae. Lae asik dengan laptopnya. Ia tak ingin berkomentar. Komentarnya hanya akan memperburuk suasana. Dia meneguk  kopi yang sedari tadi dingin dan memgisap seputing rokok. Ah suasana  hiruk pikuk hujan pikir keduanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar