Sabtu, 22 November 2014

Bait: Perihal perkara

Malam ini hujan turun dengan deras. Alta duduk diruang tamu sambil menikmati teh. Cuaca seperti ini memang sangat cocok dihadapkan dengan segelas teh hangat. Alta mengambil album foto yang sudah mulai usang. Senyum kecil terukir di bibirnya ketika melihat foto seseorang itu. Ia ingat betul perhatian yang seseorang itu berikan kepadanya dulu. Namun dia melakukan kesalahan saat itu. Ia merasa tidak puas dan pergi meninggalkan seseorang itu begitu saja.
Rasa bersalah tak henti mengusik hidupnya hingga sekarang. Ia merasa dia adalah orang paling bodoh bahkan kejam karena membuat seseorang itu menderita. Pikiran Alta semakin kalut ketika ia berkaca pada masalalu ketika ia melihat orang itu berada dihadapannya, terbaring lemah dirumah sakit. 
Semua orang menyalahkannya. Termasuk Ibunya. Ya, ia tak bisa menyangkal tuduhan itu.
Semua tuduhan itu mengarah padanya. Dan dia adalah sosok yang patut untuk disalahkan. Ia ingat betul ketika ia mendapati orang itu terbaring lemah dikamarnya dengan botol minuman yang tumpah disampingnya.
Ia tak pernah berpikir orang itu akan frustasi hingga menyakiti dirinya sendiri.
Alta seakan mengutuk dirinya sendiri karena kesalahan itu. Ia ingin kabur dari kenyataan itu. Namun percuma, rasa bersalah terus menghantuinya. 
Alta memejamkan matanya mencoba untuk tenang walau pikirannya sangat kalut saat ini. 
"Al, sudahlah. Jangan merasa bersalah seperti ini teru" kata wanita duduk disamping Alta.
"Ma, ini semua salah Alta. Dan gimana Alta bisa tenang?" Kata Alta kemudian.
"Oke, kalo kamu ngerasa bersalah. Tebus kesalahan kamu iti. Jangan kalut seperti ini" kata wanita itu sambil memijati kepala anak semata wayangnya itu.
"Aku udah berusaha Ma, udah 3 tahun aku berusaha menebusnya. Tapi apa? Dia bahkan tak ingin melihatku" kata Alta.
"Sabar, eh kamu udah sampein pesan mama kan?" Kata wanita itu seraya bangkit dari kursi.
"Udah ma, kita liatin aja besok"
"Yaudah. Mama kekamar dulu. Kalo kamu laper, ada puding dikulkas." Kata wanita itu sambil peegi meninggalkan Alta.
Alta menyandarkan kepalanya dikursi. Perasaan bersalah ini terus sajamembuatnya gila. Entah sampai kapan batinnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar