Jumat, 21 November 2014

Bait; mati rasa 'Kaia'

Tatapan penuh duka terlihat diwajah seseorang yang sedari tadi menyibukkan dirinya dengan kertas-kertas di meja kerjanya. Asta melirik kearah orang disampingnya. Ia merasakan perasaan yang tak bisa ia deskripsikan jika berada didekat orang itu. Tatapannya yang sayu, senyum kecil yang hanya sesekali dia ukir, bahkan sendu yang lebih sering dia rasakan. Asta tau itu.
"Jangan ngeliatin gue mulu deh. Gak capek tuh mata" terdengar suara lembut dari Kaia yang melirik sedikit ke arah Asta.
"You okey?" Kata Asta penuh dengan perasaan khawatir.
"Gue baik-baik aja Ta" Kaia seraya menghentikan pekerjaannya kemudian memandang Asta.
"Tu anak ngasih lo undangan itu?" Asta mulai penasaran.
"Yap. Dan mungkin gue bakalan dateng keacara pernikahan itu. Lo mau nemenin gue?" Kaia bangkit menghampiri Asta.
"Gila lo. Gue tau perasaan lo bego" Kata Asta sambil menyerahkan beberapa dokumen ke Kaia.
"Hei, lo gak sepenuhnya tau perasaan gue. Gue tau keputusan apa yang harus gue ambil"
"Dan lo ngorbanin perasaan lo?" Asta mulai menaikkan suaranya.
Kaia kembali ke meja kerjanya. Ia hanya doam menanggapi perkataan Asta. Berpikir tentang hati bahkan perasaan. Ia terlalu lelah dengan cinta yang akhirnya tak sesuai harapan. Hari-harinya disibukkan dengan frustasi yang mengharuskannya berdiam pada gelap. 
Ia tau sendu takkan mengubah keadaan. Bahkan ia telah mati rasa karnanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar