Minggu, 23 November 2014

Bait: perkara cinta

Lae mengesap kopi sambil melihat bintang yang tak kunjung timbul. Malam ini gelap. Padahal ia sangat ingin bercengkrama dengan bintang.
Lamunannya malam ini hanya tentang serpihan kenangan yang kadang masih ia ingat. Mungkin ia menjadi pengingat yang baik tentang hal itu.
Suara mobil menghancurkan lamunannya. Ia tersentak dan memandangi 2 orang turun dari mobil sambil tersenyum. 
Kaia langsung memeluk Lae seperti yang biasa ia lakukan. Lae hanya membalasnya dengan senyum lebar di bibirnya. Asta hanya tersenyum pura-pura sinis menanggapinya.
"Hei, haruskah kalian bersikap mesra begitu?" Kata Asta sambil duduk  dan mengisap rokoknya.
"Lo cemburu gitu? Idih" kata Lae sambil duduk bersama Kaia.
"Haha apaan gue cemburu" kata Asta kemudian bangkit dari kursi.
"Kemana lo?" Kata Kaia.
"Mandi. Lo mau ikut?" Kata Asta bercanda.
"Kampret lo. Sono pergi, gue pengen berduaan sama Lae" kata Kaia sambil mengedipkan matanya kearah lae.
Lae hanya tertawa melihat tingkah 2 orang dihadapannya ini. Asta hanya tersenyum sinis dan pergi masuk kedalam rumah.
"So, tumben lu main kesini. Biasanya kan lu sibuk" kata Lae sambil menyerumput kopinya.
"I miss you darling" kata Kaia dengan muka memelas.
"Ah kampret. Lo ada masalah apa lagi?" Kata Lae serius.
"Mungkin saat ini gue galau. Hahaha" kata Kaia setengah tertawa.
"Aria?" Kata Lae menebak.
"That right! Ah gue pusing sama perasaan gue" kata Kaia menghela napas.
"Gue denger tu anak bakalan kawin" kata Lae.
"Iye, gue dapat undangan dari dia" 
"Aria ngasih langsung?" Kata Lae kaget.
"Menurut lo?" Kata Kaia memicingkan matanya.
"Gila anjir tu anak. Pengen gue gampar tau gak" kata Lae mulai kesal.
"Yaelah. Udahlah. Biarin aja. Gue juga udah gak lagi sama tu anak. Angin lalu lah. Percuma juga" kata Kaia akhirnya.
"Iya iya. Sok tegar lu" kata Lae.
Kaia hanya mengangkat pundaknya. Ia hanya bisa diam. Mungkin ia pura-pura tegar dihadapan Lae.
Lae hanya bisa diam dan tak ingin berkomentar banyak. Dia hanya takut Kaia akan semakin patah hati karena ucapan dan sikapnya. Ia hanya bisa mendengarkan cerita Kaia. Menjadi endengar yang baik untuk Kaia. Sebenarnya cinta seperti ini yang paling ia takutkan sampai sekarang. Sehingga ia takut bermain rasa. Mungkin ia akan lebih merasakan nyaman jika hidupnya ia habiskan untuk mencari uang. Terkadang ia malah membuang hal yang berbau cinta. Seakan takut bergulat dengan cinta. Lae menyingkirkan semua rasa. Entah sampai kapan.

3 komentar:

  1. Kurang menarik, karena titik ketegangan dalam cerita tidak terlihat..tetap semangat dan jgn menyerah putri bayu.. Harumkan namamu. Keluargamu . Kampus uin mu, terutama untuk FDK yg mendidik mu

    BalasHapus
  2. Kurang menarik, karna titik ketegangan dalam cerita tidak terlihat.. Tetap semangat dan jangan menyerah.. Harumkan namamu, keluargamu, kampus uin mu.. Terutama untuk FDK yg mendidikmu

    BalasHapus
  3. Terimakasih kritik, saran, serta semangatnya :)

    BalasHapus